Jumat, 03 Mei 2013

UNTITLED





==========@@@==========



Aku termangu dibalik jendela kamar, melihat keluar dimana alam sedang menyajikan pemandangan bagaimana hujan membasahi bumi ini. Pikiranku ber-fantasy entah kemana. Hujan, hal yang paling aku benci. Karena hujanlah membuatku mempunyai kenangan indah bersamamu. Siluet dirimu tiba-tiba hadir, membawa pikiran ini mengingat semua. Bagai sebuah video rekaman, semua muncul satu-persatu. Membiusku dalam sebuah kesakitan, akan semua itu. Aku membenci keadaan ini, yang pada kenyataan aku sedang menyesali sebuah keputusan. Keputusan untuk tidak mencintaimu dari awal. Keputusan yang membawaku pada takdir ini. Aku terlalu bodoh dengan menghindari perasaan ini. Masih terngiang jelas saat kau masuk kekehidupan ini, dan saat itu aku malah menjadi wanita jahat yang mencoba mengabaikanmu.


@oOo@


Aku memasuki sebuah perpustakaan untuk mencari sebuah buku, yang akan membantuku untuk menuntaskan skripsi-ku. Ku putari sekeliling perpustakaan umum ini, mencoba mencari buku usang yang akan membuatku segera keluar dari tempat terkutuk itu, dimana selalu disuapi oleh pelajaran-pelajaran yang membosankan. Akhirnya, terlihat juga buku itu. Benar-benar hari yang menguntungkan, tapi tidak saat sebuah tangan ikut mengambil buku itu bersamaan dengan tanganku.

“Mian.. Aku sangat membutuhkan buku ini, bisakah kau memberikannya untukku?” ucapku pada seorang namja, yang hendak ingin memiliki buku ini juga.

“Saranghae..” ucap namja itu lembut. Mata kami bertemu, wajah tampan dengan kilatan mata tajam seperti elang. Aku termangu setelah mendengar ucapan itu, badan ini seolah lumpuh seketika. Apa dia sudah gila? Kita bahkan baru bertemu saat ini juga. Dan dengan gamblangnya dia mengungkapkan perasaan itu. Perasaan yang mempunyai makna begitu dalam.

“Mwo? Kau gila? Bahkan kita baru saja bertemu..” balasku atas perkataan gamblang itu. Dan dia hanya membalas dengan senyuman. Lalu mengambil buku itu, disaat aku lengah atas ucapan tadi. Dia licik.

“Kita memang baru bertemu, tapi kehadiranmu sudah kutunggu. Kuizinkan kau mengambil buku ini, asalkan kau membiarkanku memasuki hati itu..” jawabnya dengan menyodorkan buku itu, sambil mengarahkan buku itu kearah dada sebelah kiriku. Dimana kata orang disitulah letak hati, karena apabila kita sakit pasti bagian itulah yang paling ngilu.

“Kau gila..” ucapku sambil mengambil buku itu lalu melenggang pergi dengan acuh. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa.


@oOo@


Itu awal, awal dimana sebuah cerita akan dimulai. Hari dimana aku tau bahwa cinta pada pandangan pertama memang nyata. Setelah kejadian itu, kau berulang kali muncul dalam kehidupanku. Membuatku jengah sekaligus penasaran, segitu gilanya kah cinta?


@oOo@


Malam yang menyenangkan ditemani secangkir coffe late, didalam sebuah cafe. Ditempat inilah aku menyelesaikan skripsi-ku, berpikir bahwa mengerjakan dirumah sangatlah bosan. Hingga sampailah aku disini. Kebetulan suasana yang sepi, dapat membuat pikiran ini tenang untuk berpikir. Suasana yang sepi diluar, dimana salju menyelimuti sekitar. Sekarang mataku hanya tertuju pada benda persegi panjang ini, laptop. Benda yang membantuku mengerjakan tugas ini.
Tiba-tiba perut ini minta diisi, mungkin karena seharian ini tak secuil nasipun masuk kedalam kerongkonganku. Kupanggil pelayan, lalu memesan apa yang sedang menjadi seleraku. Kemudian pelayan itu permisi sambil membungkukkan badan, dan menyuruhku untuk menunggu. Lama menunggu, hingga sebuah mangkuk mendarat dimejaku. Mataku masih terfokus pada layar persegi panjang ini.

“Agasshi ini pesananmu, mian membuatmu menunggu lama..” sebuah suara namja menghentikan kegiatanku. Suara ini seperti tidak asing ditelingaku. Kudongakkan wajahku kearah sumber suara, yang ternyata adalah namja gila yang menyatakan cintanya padaku saat diperpus. Bagaimana bisa dia ada disini?

“Neo? Bagaimana bisa kau ada disini? Stalker..” tanyaku pada namja tersebut dan lagi malah dibalas dengan senyuman. Kurasa dia memang benar-benar sudah gila.

“Aku pemilik cafe ini, jadi bebas bukan aku ada disini atau tidak?” jawabnya. Dan dengan lancangnya tanpa permisi kepadaku, dia malah duduk disampingku. Walaupun dia pemilik cafe ini, tapi apa pantas dia berperilaku seperti ini?

“Tck! Sepertinya aku datang ketempat yang salah..” ucapku sambil membereskan laptop dan buku-buku. Aku bangun dan hendak pergi dari tempat ini, tapi sebuah tangan mencegahku.

“Mwo?” tanyaku pada si pemilik tangan itu.

“Aku antar pulang..” ucapnya menawarkan tumpangan. Aku akui ini sudah malam, dan bus mungkin akan datang lama. Dan aku rasa apabila bus datang itupun yang terakhir. Tapi gengsiku ternyata sangatlah tinggi, apalagi saat mengingat kejadian diperpus itu. Dia pikir aku perempuan murahan, yang akan selalu takluk akan pesona lelaki tampan sepertinya.

“Gwenchana, aku bisa naik bus..” balasku menolak secara halus, tidak ingin membuatnya tersinggung.

“Tck! Apa kau sedang bertaruh pada gengsimu itu, heh?” Skak! Dia ternyata terlalu pintar untuk dibohongi. Aigoo.. Apa yang harus aku katakan? Tidak mungkin kan aku mengakuinya? Ayolah.. Itu terlalu memalukan!

“Cihh.. Terserah kau..” ucapku pada akhirnya. Lalu melenggang pergi, tidak lupa meninggalkan uang sebagai pembayaran atas menu yang kupesan tadi. Omona.. Gara-gara namja itu aku jadi tidak makan! Huh! Kenapa aku harus mempunyai gengsi yang begitu besar? Lihat! Sekarang aku malah kelaparan sambil menunggu bus di halte sendirian. Tuhan.. Kejutan apalagi yang akan kuterima malam ini?

Lama aku menunggu, tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti didepanku. Bukan bus. Kuperhatikan sekeliling, yang kudapat sepi. Lalu mobil itu untuk siapa? Cukup lama pikiran ini menerawang, hingga sampai si pengguna mobil membuka jendela itu. Lagi-lagi namja itu. Sebenarnya apa yang dia mau?

“Masuklah..” titahnya padaku. Hei! Dia pikir dia siapa? Menyuruhku seenak dengkulnya! Kalau tenagaku masih kuat, ku jamin omelanku pun akan mampir ke telinganya itu. Kubiarkan saja, aku malas meladeni orang seperti ini. Lebih tepatnya tenagaku sudah terkuras untuk hari ini.

“Kau mau aku menyeretmu heh?” ucapnya yang jengah karena aku acuhkan. Lagipula siapa yang memintanya mengatarku? Kulihat dia keluar dari mobil mewah itu. Lalu berjalan kearahku, tangan itu menarik badanku paksa membuat kegiatan menungguku terganggu.

“Hei! Lepaskan tanganmu bodoh! Ini sakit..” teriakku histeris tidak peduli jika orang terganggu. Jalanan ini juga begitu sepi, jadi tidak ada yang merasa terganggu bukan? Jankkamman! Sepi? Kalau sepi, bagaimana kalau orang ini berbuat yang macam-macam padaku? Yak! Keluarkan pikiran bodoh itu! Hanya berdoa yang bisa ku lakukan sekarang..

“Jangan bertingkah seolah-olah aku akan menerkammu, sweet love..” ucapnya membaca gerak-gerikku. Dinyalakan mobilnya, tapi aku masih tercengang atas panggilannya tadi. Sweet love?

“Sweet love? Aku mempunyai nama bodoh!” ucapku yang sadar atas panggilan bodoh itu. Sopan santunku? Sudah kubuang entah kemana, mengingat pemaksaannya tadi.

“Aku tau namamu, tapi aku hanya ingin memanggilmu Princess sweet love. Dan kau bisa memanggilku Prince black love..”ucapnya bangga. Sekaligus membuatku tercengang, bahkan kita baru bertemu kemarin. Dan itupun secara tidak sengaja, bagiku mungkin.

“Mwo? Wae? Kenapa aku kita harus mempunyai julukan seperti itu? Bahkan kita baru bertemu kemarin bukan? Cihh.. Menjijikan!” cibir ku atas sebutan-sebutan bodoh itu. Namja gila ini malah membalas dengan senyuman, aku rasa dia memang benar-benar sudah gila!

“Tapi, aku yakin suatu saat nanti kita akan bersama dalam lingkaran cinta kita berdua..” ucapnya bangga lagi (?) dan namja ini benar-benar ingin membuatku mual atas setiap kalimat yang terlontar dari bibir merahnya itu.

“Tck! Terserah..” ucapku jengah. Kualihkan pandanganku ini keluar jendela mobil, daripada terus melihat senyum bodoh dari namja gila disebelahku ini.

 Gedung yang menjulang menjadi santapan mata ini. Suasana malam yang lenggang, terlihat dari sedikitnya orang-orang yang berlalu lalang. Tiba-tiba saja mobil ini berhenti didepan restoran mewah, bergaya Eropa. Kuakui, sampai sekarangpun aku belum pernah memasuki tempat seperti ini. Kuliah saja mendapat beasiswa, lalu laptop itupun dari hasil memenangkan Kejuaraan Matematika. Masih tercengang dengan arsitektur yang terpajang didepan restoran, sampai sebuah tangan menyentuh tangan kananku.

“Heii.. Gwenchana?” tegur namja gila itu, yang sontak menyadarkanku.

“Eh? Nde.. Gwenchana..” ucapku agak gugup. Dia tersenyum remeh. Sial! Aku baru saja mempermalukan diriku sendiri. Mau disembunyikan dimana mukaku ini?

“Ayo keluar, kau pasti lapar kan?” ajaknya sambil melepas sabuk pengamannya.

“Gwenchana, lebih baik kita pulang saja. Aku bisa makan dirumah nanti..” balasku menolak sehalus mungkin. Tidak ingin menyinggung maksud baiknya.

“Tck! Lagi-lagi.. Apa harga dirimu itu begitu tinggi, eoh? Makan dirumah? Are you kidding? Maksudmu memakan ramen heh?” jawabnya menebak semuanya. Aku terperangah, bagaimana bisa dia tahu tentang ku? Apa jangan-jangan dia juga tau semua tentang kehidupanku?

“Anni.. Maksudku..” ucapku putus. Ayolah! Kenapa sangat sulit mengelak?

“Aigoo.. Yasudah ayo!” ajaknya lagi, kali ini sambil melepaskan sabuk pengamanku. Lalu keluarlah dia dari mobil, ditariknya diriku hingga ikut keluar dari mobilnya. Tidak bisakah sekali saja dia tidak memaksa?

Kami berjalan berdua memasuki restoran mewah ini, saat kami tiba dimeja utama namja gila itu berbicara kepada resepsionis. Entah apa yang mereka bicarakan aku tidak peduli, mata ini teralu asik mengagumi keindahan arsitektur restoran ini. Mewah tapi tetap terlihat sederhana.

“Hentikan kegiatan bodohmu itu! Palli ikut aku..” ucapnya setelah puas berbicara dengan resepsionis itu. Terkadang kata-kata nya itu benar-benar tajam. Entah untuk yang keberapa kali, tubuh ini ditarik paksa. Apa dia tidak sadar bahwa aku adalah wanita?

Dia membawaku ke sebuah ruangan, dimana ruangan itu terdapat meja makan yang sudah tertata rapi. Ruangan ini pun terdesain begitu minimalis, namun tetap mempertahankan keindahannya. Namja gila ini menghabiskan uang berapa hanya untuk mentraktirku makan? Apa aku harus bersyukur bertemu dengan namja ini? Entahlah!
Kami makan dalam keheningan, selesai makanpun dia mengantarkanku pulang. Anehnya, namja inipun tau letak rumahku. Benar-benar stalker berbakat. Sebelum keluar dari mobilnya kuucapkan terima kasih sebagai balasan atas makan malam tadi. Dan lagi-lagi dia hanya tersenyum. Ya Tuhan.. Jangan sampai aku bertemu orang ini dihari esok dan seterusnya. Cukup untuk hari ini saja!


@oOo@


Itu adalah pertemuan kedua kami, yang terus berlanjut hingga seterusnya. Ternyata Tuhan tidak sama sekali mengabulkan doaku pada waktu itu. Sehingga membuat dia terus-menerus datang ke kehidupanku. Bagai teror yang tak kunjung henti. Tapi diawal ini aku belum merasakan cinta itu ada, entah untuk kelanjutannya..


@oOo@


Hujan saat ini belum bosan membasahi Seoul. Apabila kuamati sudah sejam aku menunggu seperti orang bodoh, ini lantaran ketidakpunyaan diriku atas kendaraan. Halte begitu jauh dari kampusku saat ini. Tidak mau menjadi begitu bosan, kunikmatilah suasana ini. Langit yang mendung ditutupi awan-awan yang berbentuk gumpalan lembut, seperti gulali yang biasa dijual ditaman hiburan walaupun berbeda warna. Suara gemuruh kecil kadang menghiasi acara tidak bergunaku ini. Kuresapi bau khas hujan ini, bau yang tidak begitu kentara.Memandangi  hujan yang secara cepat jatuh menimpa tanah, tiba-tiba terbesit keingin melihat secara lambatnya. Bodoh!
Tiba-tiba sepasang kaki berdiri tepat dihadapanku, sekaligus mengganggu kegiatanku ini. Kudongakkan kepala, mencoba melihat siapa orang gila yang berdiri tanpa permisi dihadapanku. Kalian tau siapa? Ternyata namja gila itu. Ya Tuhan.. Apa salahku? Sampai-sampai kau tidak mengabulkan doaku semalam.

“Ayo, kuantar pulang..” ajaknya memulai pembicaraan padaku. Malas meladeninya, kuacuhkan saja. Mencoba mengalihkan pandangan ke arah lain.

“Apa perlu aku melakukan pemaksaan seperti semalam, sweet love?” lanjutnya yang membuatku benar-benar mual atas panggilan itu. Jengah lama-lama seperti ini, aku bangkit dari dudukku untuk mencoba menerima ajakannya. Entah untuk yang keberapa kali dia tersenyum kepadaku, tapi masih kuacuhkan.

“Dimana mobilmu?” tanyaku pasrah. Lalu dia menunjuk kearah mobil mewah yang semalam ia pakai untuk mengantarkanku. Karena jarak yang tidak begitu jauh, kucoba berjalan dengan membelah hujan ini memakai badanku sendiri. Tapi, sebuah tangan menghentikan langkah yang ingin kuambil.

“Tidak untuk menerobos hujan, nanti kau bisa sakit. Sweet love..” ujarnya memberi alasan atas tindakannya tadi. Namja ini, apa benar dia mencintaiku? Tiba-tiba kalimat itu terlintas dipikiranku. Apa aku harus menganggap ini semua serius? Atau Tuhan yang sedang mempermainkan takdirku? Entahlah..
Dirangkulnya diriku hingga merapat ketubuhnya, bermaksud agar tubuh lemahku ini juga mendapat bagian atas payung yang sedang dia bawa. Kami membelah hujan bersama, dengan dilapisi payung. Pandanganku kali ini bukan lagi tertuju pada hujan, melainkan tangan kokoh yang sedang mengapitku bersama dengan tubuhnya. Apakah tangan ini yang akan melindungiku dimasa depan? Lagi-lagi pertanyaan konyol terlontar begitu saja dari pikiranku. Tunggu, aku baru sadar. Kenapa jantung ini berdetak tak karuan? Bagai seorang pelari yang habis melewati jalan bermil-mil panjangnya. Apakah aku mulai jatuh cinta pada namja yang kuanggap gila ini?


@oOo@


Saat-saat kita bersama benar-benar membius hatiku agar hanya terpatri untukmu. Kejadian itu, membuatku merasakan perasaan yang berbeda dari sebelumnya. Namja itu, membuatku tau bahwa
kebersamaan yang selalu kita lewati akan bisa berubah mejadi cinta. Tapi, apakah cintaku akan bahagia diakhir nanti? Seperti cerita-cerita fiksi yang sering kubaca? Dan kali ini aku akui, bahwa aku mencintai namja ini, sang Prince Black Love. Aku tidak tau mengapa dia memintaku memanggilnya seperti itu, biarkan waktu lah yang menjawab segalanya..


@oOo@


Suasana indah, ditemani canda dan tawa riang dari bibir-bibir kecil yang tidak berdosa. Daun berguguran menjadi hiasan sendiri atas setiap detik terindah yang Tuhan berikan untuk semua makhluk. Hembusan angin musim kemarau begitu terasa dipermukaan kulit, seraya ikut menerbangkan beberapa helai rambut. Ditaman, saat ini lah aku berada bersama Prince Black Love. Dia mengajakku kesini dengan alasan untuk penenangan diri sehabis menjalani sidang skripsi. Memang benar, otak ini rasanya habis digempur habis-habisan lewat pertanyaan-pertanyaan memusingkan itu. Sekarang kami sedang duduk kearah taman bermain anak-anak. Setelah beberapa pertemuan kita, akhirnya kita bisa berteman akrab. Dia sering sekali meluangkan waktu untukku, dan mengantarkanku kemanapun aku inginkan. Namja ini selalu ada untukku.

“Sweet love?” panggil namja yang sedang duduk disebelahku ini.

“Hemm..” hanya jawaban singkat itulah yang aku berikan. Kutengok ke arah dia, dia malah menunduk. Selang beberapa detik, dia menatap balik. Kali ini mimik wajahnya terlihat serius, seperti ingin mengatakan suatu kata yang akan merubah segalanya.

“Saranghae..” Lagi! Aku mendengar kata itu. Walaupun beda situasi dan keadaan. Kalau kemarin-kemarin mungkin aku tidak sama sekali mempunyai perasaan yang sama, tapi kali ini berbeda. Karena aku juga mencintainya. Namun aku sadar derajat kita berbeda.

“Kenapa diam? Aku butuh jawabanmu, sweet love..” lanjutnya menuntut jawabanku. Ya Tuhan.. Kenapa aku harus berada diposisi seperti ini?

“Aku.. Tidak bisa. Derajat kita berbeda..” jawabku menjelaskan alasan konyol itu. Dia malah tersenyum remeh, lalu merubah posisi menghadapku. Kini dipegangnya pundakku, mencoba menyalurkan kebenaran bahwa alasan yang kuberikan itu memang konyol.

“Untuk apa kau memikirkan itu heh? Pikirkanlah tentang hatimu! Buang semua alasan tidak masuk akal itu. Yang terpenting sekarang hatimu..” ujarnya mendoktrin pikiranku. Dan ternyata itu berhasil merubah pikiran bodoh itu. Aku telah mengambil jalan, untuk ikut membangun kisah bersamanya, menjadi bagian dari kehidupannya kelak. Hidup  Sang Prince Black Love-ku.

“Nado..” katasingkat itu menjawab semuanya. Sekaligus mengungkapkan semua perasaan ini. Dia tersenyum, lalu merengkuh diriku kedalam pelukannya. Pelukan hangat, ditengah senja yang mulai lembayung.
Setelah itu dia mengajakku untuk kerumahnya, bermaksud ingin mengenalkan keluarganya kepadaku begitupun sebaliknya. Diperjalanan kami hanya habiskan dengan tersenyum satu sama lain, benar-benar seperti sepasang remaja yang baru mengenal cinta. Terkesan menggelikan memang, tapi bagi kami itu sangat indah. Sesampai dirumahnya, aku dikenalkan oleh orang tuanya. Kedua orang tua yang telah mendidik seorang malaikat yang hadir dikehidupanku baru-baru ini. Mereka menyambutku dengan sangat ramah, membuatku begitu merindukan sosok kedua orang tuaku yang sudah berhadapan dengan Sang Pencipta. Lama kami berbincang dan makan-makan, sampai pada sesi perpisahan. Hari yang malam menuntutku untuk meninggalkan rumah ini, diantar dengan pangeranku tentunya.


@oOo@


Hari yang indah saat bersamanya, adalah hari yang sudah kutunggu sejak lama. Setelah kami resmi menjadi sepasang kekasih, berbagai moment pun kami lukis bersama dibawah langit ditemani musim kemarau yang indah. Perlahan aku mengenal dia dengan baik, dan itu menjadikan diriku bersyukur karena Tuhan tidak mengabulkan doaku malam itu untuk tidak bertemu dengannya lagi.


@oOo@


Terlihat suasana ramai menghiasi kampus saat ini. Bagaimana tidak? Saat ini sedang berlangsung prosesi wisuda. Namun itu beberapa waktu yang lalu. Kali ini mahasisiwa-mahasiswi sedang ramai merayakan kelulusannya dihalaman kampus. Ada yang berkumpul lalu melemparkan topi wisuda mereka keatas, ada yang sedang berfoto dengan keluarga dan kerabatnya, tapi aku? Hanya berdiam diri disini sambil mencari sosok yang sudah kutunggu kedatangannya dari awal acara.
Prince Black Love, dimanakah dirimu? Bukankah kau sudah berjanji akan datang keacara wisudaku? Lihat! Aku malah sekarang dianugerahi sebagai siswi terpintar dengan nilai tertinggi. Apa kau tidak mau tau, eoh? Lama aku menunggu, kuputuskan untuk pulang. Setelah sampai rumah, kucoba menghubungi dia. Nihil! Hanya suara operator yang menjawab kegundahanku. Mencoba tetap berfikir positif, kuhentikan kegiatan ini.
Tiga hari, empat hari, lalu seminggu kutunggu kabarnya. Namun, tidak juga menemukan titik terang. Kusudah coba mendatangi rumahnya, namun yang ada keadaan rumah yang sunyi-senyap. Apakah mereka meninggalkanku? Itulah pertanyaan yang selalu terlintas dibenakku. Kenapa kalian begitu jahat padaku? Apa aku berbuat salah pada kalian? Tuhan.. Bantu aku menjawab ini semua!


@oOo@


Setiap hari kini kulalui tanpamu. Jiwa ini bagai ikut terbawa kemana perginya dirimu, aku ingin mencari agar bisa menjalani hari dengan baik lagi. Namun apa daya, jejak keberadaanmu pun sama sekali tidak tergambarkan dalam setiap hari yang kulewati. Kembalilah, anggap saja aku memohon. Bawalah kembali jiwaku itu, dan kita bicarakan mengapa kau meninggalkanku. Aku akan memaafkanmu. Sungguh!


@oOo@


Sepertinya penantianku kali ini berbuahkan hasil. Kulihat sebuah mobil terparkir rapi didepan rumah pangeranku. Kupercepat langkahku memasuki rumah itu dengan tidak sabaran. Kutekan bel rumah itu berkali-kali, tidak peduli walaupun terkesan tidak sopan. Yang terpenting adalah aku bisa bertemu dengan Prince Black Love-ku. Kulihat Aboeji keluar dari rumah, lalu berjalan menuju gerbang, bermaksud ingin membukakan pintu untukku mungkin.

“Aboeji..” panggilku senang. Jujur, aku juga merindukannya. Dia hanya tersenyum lalu membuka kunci gerbang.

“Ayo masuk, kita bicarakan didalam..” titahnya sambil mempersilahkanku untuk masuk kembali kedalam rumah yang entah sudah berapa hari kosong ini.

“Mana Prince-ku?” tanyaku to the point, begitu sampai diruang tengah. Saat ini aku sedang berhadapan dengan Aboeji dan Eommanim. Mereka menatap satu sama lain, lalu merunduk. Entah apa yang sedang terjadi? Yang jelas pasti ini sangat berat.

“Prince..” ucap Eommanim terputus. Beliau sempat menitikkan air mata, lalu dihapusnya air mata itu dengan lembut. Jujur! Situasi ini benar-benar membuatku bingung! Sebenarnya apa yang terjadi?

“Aku saja, kau ingin bertemu dengan Prince?” tanya Aboeji dengan suara berat. Berbeda saat dia mempersilahkanku masuk tadi. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaannya. Lalu kulihat dia menghembuskan napas berat. Sementara Eommanim masih betah mengurai air mata.

“Cepat rapikan pakaianmu, kita akan ke New York. Prince ada disana. Biar kuantar kau pulang..” ucapnya langsung membawa diriku keluar tanpa menunggu ucapanku selanjutnya.

Kami melewati jalan dengan keheningan dari saat diperjalan tadi. Saat ini aku sedang berada dibandara, untuk menunggu kedatangan pesawat. Aku bingung! Mengapa Eommanim masih saja menangis? Sementara Aboeji dari tadi sudah kehabisan akal untuk membuat Eommanim menghentikan tangisannya itu. Kudengar intruksi suara dari pusat bahwa kami harus segera masuk kedalam pesawat. Kita melangkah bersama melewati ribuan orang yang berlalu-lalang. Dipesawatpun tidak ada yang berani berbicara, semua seolah sibuk dengan pikirannya masing-masing.Setelah sampai di New York, aku langsung dibawa ke suatu tempat. Tempat ini seperti kuburan umum. Lalu mobil berhenti begitu saja.

“Ayo turun, dan ikuti aku..” titah Aboeji kepadaku. Aku hanya mengangguk sekaligus mengikuti kemana Aboeji membawaku. Berbagai makam kulewati, dengan berbagai nama tertuliskan atas kepemilikan liang lahat itu. Tiba-tiba Aboeji berhenti disuatu liang lahat, dan menunjuk foto yang berdiri kokoh pada ujung liang ini. Badanku lemas, aku runtuh seketika disertai isak tangis yang perlahan mengeras. Mengapa? Mengapa kita dipertemukan dengan situasi seperti ini? Aku ingin melihat wajahmu! Bukan seperti ini!

Lama aku larut dalam isak tangis ini, Aboeji perlahan mengajak aku pulang. Hari yang semakin senja, membuatku harus meninggalkan tempat ini. Diperjalanan aku hanya diam saja, sambil melihat pemandangan luar masih dengan isak tangis. Sebenarnya aku masih tidak percaya atas semua ini. Tuhan..  Kejadian masa lalu apa yang aku perbuat hingga aku harus mengalami hal seperti ini?
Sesampai dirumah Aboeji dan Eommanim, aku langsung membersihkan badan dengan kekuatan yang sudah sangat tipis. Makan malampun tidak kuhabiskan, mengingat nafsu makan ini yang sudah hilang entah kemana. Setelah itu kita bertiga berkumpul diruang tengah, untuk membicarakan yang sebenarnya terjadi.

“Sweet.. Maafkan Prince jika dia punya salah..” ucap Aboeji membuka pembicaraan. Aku hanya menatap mereka dengan sisa tenaga yang kupunya.

“Gwenchana, Aboeji. Prince justru begitu banyak memberi hari bahagia untukku..” jawabku lemah dengan serak, karena terlalu lama menangis.

“Apa kau mau tau kenapa Prince seperti itu?” tanya Aboeji padaku dengan suara seraknya.

“Mau, jika Aboeji bersedia memberitahuku..” jawabku sopan.

“Prince menderita penyakit kanker hati stadium akhir, awalnya dia tidak memiliki kemauan untuk hidup. Namun saat dia melihatmu dihalte, dia berkeyakinan bahwa kaulah alasannya agar tetap melanjutkan hidup dengan baik. Setelah itu, dia selalu mencari tau tentang dirimu, kehidupanmu, keluargamu, kampusmu, dan semua tentangmu. Dia selalu bercerita kepada kami tentang bagaimana perlakuanmu terhadapnya, dan itu yang semakin mebuatnya tertarik padamu..” ujar Aboeji terputus saat melihatku berlinangan air mata mendengar penjelasannya.

“Masih mau dilanjutkan?” tanyanya memberi pilihan. Kubalas dengan anggukan, suara ini entah hilang kemana.

“Dia selalu bersemangat saat ingin bertemu denganmu. Dan dia benci hari Senin-Jum’at, karena pada hari itu waktu bertemu dan menghabiskan waktu bersamamu berkurang baginya menginat status mahasisiwi-mu. Menggelikan memang, tapi itulah yang selalu dia katakan. Dia juga menitip surat, ige.. Bacalah dikamarmu, kami tau kau butuh privasi..” lanjutnya lalu menyodorkan secarik amplop yang berisi surat. Lalu mempersilahkan diriku ke kamar, aku pun membungkuk sebagai ungkapan pamit.Sesampai dikamar aku membuka surat itu dengan duduk diatas kasur.



From     : PRINCE BLACK LOVE
To           : PRINCESS SWEET LOVE
                        
Maaf sebelumnya..
Karena telah melukis pahitnya cinta dihatimu..
Karena telah membuat kau merasakan kehilangan..
Aku egois..
Karena berbahagia dengan meninggalkan luka untukmu..
Karena pergi dengan menyisakan tangis untukmu..
Tapi satu hal yang harus kau tau..
Bahwa rasa ini memang benar adanya, dan sampai ke liang lahat pun akan terus kubawa..
Aku mencintaimu dengan segala kejahatan, keegoisan, kebohonganku tentang semua yang terjadi..
Karena ingin merasakan cinta diakhir hayat, tapi malah menyiksamu..
Maaf...
Aku tau beribu kata maaf pun tidak dapat mengembalikan semua, agar tidak ada rasa antara kita..
Tapi takdir membuat semuanya terlukis begitu nyata..
Aku mohon agar hiasi hidupmu dengan tawa lagi seperti saat bersamaku..
Kalaupun tidak mampu, tersenyumlah..
Walau hatimu menyimpan seribu luka dariku..
Maaf, jika aku menuntut hal yang sulit kau lakukan..
Dan.. aku ingin menjawab pertanyaanmu mengapa aku memanggilmu Princess Sweet Love, dan aku Prince Black Love..
Princess Sweet Love, karena cintamu membawa keindahan diakhir kehidupanku.
Prince Black Love, karena cintaku akan membawa kesengasaraan untukmu akibat kepergianku.
Princess Sweet Love-ku, hiduplah dengan baik setelah ini. Carilah pasangan yang tidak penyakitan sepertiku, dan lahirkanlah anak-anak yang cantik dan manis sepertimu..


I LOVE YOU AND I MISS YOU MY PRINCESS SWEET LOVE...  :*




Tangisku pecah setelah membaca kata demi kata. Asal kau tau, kehadiranmu membawa sejuta kebahagiaan untukku. Aku tidak pernah menyesal bertemu dan mencintaimu. Karena takdir yang telah kita lukis begitu indah.


@oOo@


Itulah surat yang kubaca darimu, entah sudah yang keberapa kali kubaca setelah kepergianmu. Kau tau? Sampai sekarang aku malah belum menemukan sosok sepertimu Prince Black Love-ku. Aku sangat merindukanmu. Lalu, apakah kau merindukanku? Biarkan Tuhan yang menjawab itu..


@oOo@



~~~THE END~~~


Gomawo buat yang udah meluangkan waktu untuk membaca ff abal ini! :')
Sumpah! Gw aja yang nulis ff ini, ngerasa bahwa ff gw yang satu ini emang benar-benar abal dan gaje!! -__-
Akibat otak yang stress mikirin klanjutan ff-ff gw yang laen, maka terciptalah ff amburadul ini..  XD
Gomawo yang udah RCL! ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar